Surabaya - KABARPROGRESIF.COM Guna mencapai target maksimal dalam mengeksplorasi potensi peluang maupun tantangan industri semikonduktor di Indonesia, Konsulat Jenderal (Konjen) Amerika Serikat atau Unitade States of America (USA) Surabaya menggelar kegiatan International Conference on Sustainable Semiconductor Manufacturing atau berarti Konferensi Internasional tentang Manufaktur Semikonduktor Berkelanjutan di Gedung Riset Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Selasa (13/8/2024).
Konferensi internasional yang merupakan hasil kolaborasi antara Konjen USA Surabaya dengan Taipei Economic and Trade Office ini, dilatar belakangi oleh Pusat Inovasi Taiwan-Indonesia yang berafiliasi dengan Universitas Sains dan Teknologi Taiwan, bekerja sama dengan ITS dan Universitas Katolik Widya Mandala (UKWM).
Topik yang dibahas dalam konferensi akan berkisar dari proses fabrikasi semikonduktor hingga ekonomi sirkular, serta tujuan pembangunan berkelanjutan melalui aplikasi semikonduktor termasuk kecerdasan buatan dan komputasi berkinerja tinggi.
Kepala Konjen USA Surabaya, Christopher Green saat ditemui usai pembukaan kegiatan menyampaikan, pihaknya mengucapkan terima kasih pada ITS karena telah menyediakan tempat untuk digelarnya konferensi ini.
"Dalam konferensi ini, wakil dari pemerintah Amerika dan dari lembaga pemerintah Indonesia, termasuk perusahaan asing baik dari Amerika maupun dari Taiwan berkumpul bersama, dan kami berharap bahwa konferensi ini akan menghasilkan yang terbaik," jelas Christopher.
Melalui konferensi ini, Christopher menerangkan, diharapkan dapat tercipta ruang diskusi untuk menciptakan strategi dan mengeksplore potensi tantangan pengembangan sektor industri semikonduktor.
"Karena pemerintah Indonesia ada ambisi yang cukup tinggi untuk mengikuti sektor semikonduktor di dunia. Dan kami siap untuk mendukungnya lewat program dari USAID yang membantu lembaga pendidikan Indonesia untuk meningkatkan sumber daya manusia maupun mendukung perusahaan swasta Indonesia untuk meningkatkan kualitas produksinya sehingga bisa memasuki sektor tersebut," terang Christopher.
Christopher menilai, di Indonesia sendiri sektor semikonduktor masih perlu dikembangkan lebih lanjut. Disebutkannya, ada sedikit manufaktur di Pulau Batam.
"Sedangkan di Jawa Timur, guna menghadapi tantangan yang sama dengan daerah lain di Indonesia maka harus menemukan kemungkinan yang cocok bagi industri Indonesia dan SDM Indonesia untuk bisa mengembangkan sektor semikonduktor di sini," tukasnya.
Kerja sama Indonesia dengan USA sendiri, Christopher mengungkapkan sudah berlangsung lama yakni 75 tahun, termasuk kerja sama di bidang pembangunan nasional.
"Dan kalau yang kami diskusikan hari ini di konferensi ini adalah, terkait pembangunan dari sektor tertentu ekonomi, tetapi pemerintah Amerika dalam konteks kerjasama yang lama, kami siap untuk membantu," ungkap Christopher.
Menurut Christopher, semikonduktor adalah kunci bagi hampir semua di dunia untuk mengembangkan masa depan, sehingga melalui konferensi ini diaharapkan ada keberlanjutan untuk pengembangan sektor semikonduktor di Indonesia.
"Saya mendorong Indonesia untuk memikirkan pengembangan sektor semikonduktor sebagai prioritas," tukasnya.
Sementara itu, melalui pers rilis Taipei Economic and Trade Office Surabaya, dijelaskan bahwa 95% dari chip tercanggih dan 90% dari server AI di dunia dibuat oleh Perusahaan Taiwan. Di Taiwan, klaster industri semikonduktor telah terbentuk di kawasan sains dan industri dari utara ke selatan.
Sebagai bagian dari 'Gugus Tugas Semikonduktor' dan 'Indonesia Chip Design Collaborative Center' di Indonesia, ITS tidak dapat disangkal lagi merupakan pemangku kepentingan utama mitra industri ICT di wilayah timur Indonesia.
Selama sesi konferensi, para akademisi dari ITS akan menyurvei status terkini mengenai penelitian semikonduktor dan pengembangan bakat untuk manufaktur semikonduktor di Indonesia.
Vice Director STIC-ITS, Prof. Idaa Warmadewanthi menyampaikan, saat ini isu mengenai semikonduktor menjadi topik hangat di Indonesia, menurutnya sumber daya di Indonesia sudah banyak tetapi pengembangannya belum berjalan dengan baik.
"Sehingga harapannya dengan adanya transfer knowledge pada konferensi internasional ini kita bisa bekerja sama ke depannya untuk meningkatkan industri semikonduktor di Indonesia," harapnya.
Target ke depan, Prof. Idaa mengungkapkan, tentunya dari bidang akademisi adalah akan mengembangkan kerja sama terkait riset pada industri semikonduktor.
"Dosen dan para peneliti berkerja sama dengan negara yang sudah mantap di bidang semikonduktor. Lalu juga terkait research development pada semikonduktor, kami sudah punya produk-produknya tinggal pengembangan implementasi produk tersebut," tutur Prof. Idaa.
Peserta dari Amerika Serikat pada konferensi internasional ialah, Intel, AMD, Micron, dan Nokia.
Delegasi dari Taiwan yang menghadiri konferensi terdiri dari para ahli dari Dewan Sains dan Teknologi Nasional dan universitas serta CEO perusahaan di bidang teknologi tinggi dan energi terbarukan.
Konferensi dihadiri sejumlah tokoh penting dari ketiga negara (Indonesia, USA, dan Taiwan), yakni Rektor ITS, Bambang Pramujati, perwakilan John Chen dari Taipei Economic and Trade Office di Jakarta, CEO Tul Group Presiden Ted Chen.