Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Surabaya tahun 2025 - 2030, Kota Pahlawan diharapkan bukan hanya dikenal sebagai kota yang maju secara ekonomi dan infrastruktur, tetapi juga sebagai kota yang ramah terhadap anak.
Pemerhati Pendidikan dan Perlindungan Anak Jawa Timur, M. Isa Ansori mengatakan, menjadikan kota layak anak berarti membangun lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak dari berbagai aspek - fisik, mental, sosial, dan emosional.
Dalam konteks ini, Surabaya berupaya untuk tidak hanya menyediakan fasilitas dan layanan yang mendukung, tetapi juga menciptakan ruang hidup yang aman, sehat, dan stimulatif bagi anak-anak.
“Bila ditarik ke dalam UUPA bahwa usia anak adalah 0-18 tahun, ini berarti kita sedang menyiapkan anak–anak usia 0-3 tahun dan mereka yang akan lahir sebelum 0 tahun didalam kandungan. Sehingga juga harus dipersiapkan kelahiran anak-anak sebelumnya,” kata Isa Ansori, Selasa (17/9).
Para calon orang tua dipersiapkan bagaimana mengasuh dan merawat tumbuh kembang anak, serta bagaimana mendapatkan pekerjaan yang bisa menafkahi anak-anaknya dengan baik dan benar.
Oleh sebab itu, Pemkot Surabaya telah mempersiapkan hal tersebut melalui program pendampingan, mulai dari anak-anak hingga setelah menjadi orang tua.
“Data base anak dan remaja, hingga pasangan calon pengantin telah dipersiapkan, sehingga arah pembangunan menuju kota layak anak tahun 2030 bisa presisi diwujudkan,” ujar dia.
Isa Ansori melanjutkan, terdapat berbagai upaya dalam menyiapkan masa depan bagi generasi anak-anak selanjutnya, di antaranya adalah infrastruktur ramah anak untuk tumbuh kembang optimal.
Infrastruktur yang dirancang untuk anak-anak menjadi kunci dalam memastikan perkembangan fisik dan sosial mereka.
“Sistem transportasi publik yang ramah lingkungan dan terintegrasi di Surabaya menyediakan kenyamanan bagi keluarga. Anak-anak belajar mobilitas dan kemandirian sejak dini. Desain transportasi ini bukan hanya tentang kemudahan akses, tetapi juga menciptakan rasa aman yang penting dalam perkembangan emosional anak-anak,” lanjutnya.
Adanya ruang terbuka hijau dan area bermain menjadi jantung kesejahteraan anak.
Menurutnya, Surabaya pada tahun 2030 akan tetap menjaga komitmen untuk menyediakan ruang terbuka hijau.
Salah satunya dengan mengusung konsep pocket parks atau taman mini menjadi solusi inovatif, serta dilengkapi dengan fasilitas bermain modern yang dirancang dengan keamanan sebagai prioritas, memastikan anak-anak bisa bermain sambil belajar, baik secara fisik maupun kognitif.
“Fasilitas bermain yang terintegrasi dengan lingkungan perkotaan akan menjadi pusat interaksi sosial bagi anak-anak, membangun keterampilan sosial mereka. Pada saat yang sama, anak-anak belajar tentang pentingnya menjaga alam, memperkuat rasa tanggung jawab terhadap lingkungan,” ujarnya.
Selanjutnya, pendidikan juga memiliki ranah penting dalam mendukung inovasi dan kreativitas anak-anak karena salah satu pilar penting kota layak anak adalah pendidikan.
Isa Ansori menilai bahwa Pemkot Surabaya tidak hanya berfokus pada pendidikan formal di sekolah, tetapi juga menyediakan ruang-ruang publik yang mendukung pembelajaran sepanjang waktu.
“Perpustakaan interaktif yang dilengkapi dengan teknologi seperti Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) akan memberikan pengalaman belajar yang menarik bagi anak-anak. Maka, kota ini mendukung pengembangan intelektual anak melalui cara-cara kreatif dan inovatif, mendorong mereka untuk berpikir kritis sejak usia dini,” terangnya.
Kota Surabaya juga memprioritaskan layanan kesehatan anak yang menyeluruh. Klinik-klinik ramah anak tersebar di seluruh penjuru kota, menyediakan layanan kesehatan yang mudah diakses oleh keluarga, termasuk pemeriksaan rutin, layanan kesehatan mental, serta gizi.
“Kesejahteraan fisik dan mental anak merupakan fondasi untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal. Adanya layanan kesehatan yang mudah dijangkau, Surabaya menjamin bahwa setiap anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk hidup sehat dan bahagia,” tegasnya.
Pemkot Surabaya juga berkomitmen dalam menjaga keamanan dan memberikan perlindungan kepada anak-anak.
Ia berharap, Kota Surabaya di tahun 2030, akan memiliki sistem keamanan yang terintegrasi dengan teknologi, seperti kamera pengawas cerdas dan sistem peringatan dini di area-area publik.
Sehingga dapat memberikan rasa tenang bagi keluarga, dan memungkinkan anak-anak untuk mengeksplorasi lingkungan mereka tanpa rasa takut.
“Penerapan kebijakan yang mendukung hak anak menjadi bagian dari komitmen Kota Surabaya. Program pendidikan gratis, akses ke layanan publik, dan perlindungan terhadap eksploitasi anak menjadi langkah konkret untuk memastikan setiap anak di Surabaya terlindungi dan dapat berkembang secara penuh,” jelasnya.
Dengan demikian, Pemkot Surabaya berkomitmen penuh dalam menyediakan infrastruktur bagi masa depan generasi penerus.
Dengan infrastruktur yang aman, fasilitas pendidikan yang inovatif, akses kesehatan yang baik, dan ruang sosial yang ramah, Surabaya menyiapkan generasi mudanya untuk masa depan yang lebih baik.
“Memastikan bahwa anak-anak memiliki ruang untuk tumbuh, belajar, dan bermain adalah investasi terbesar yang bisa dilakukan oleh kota ini. Surabaya 2030 menjadi bukti bahwa sebuah kota dapat berkembang menjadi lebih modern dan berkelanjutan tanpa melupakan generasi mudanya,” pungkasnya.