Surabaya - KABARPROGRESIF.COM Wakil Ketua Panitia Khusus (Pansus) LKPJ DPRD Kota Surabaya sekaligus Ketua Fraksi Gerindra, Ajeng Wira Wati menegaskan pentingnya pembangunan rumah sakit baru di Surabaya Selatan.
Langkah ini bukan hanya untuk pemerataan fasilitas kesehatan di seluruh kota, tetapi juga merupakan bagian dari janji Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi selama kampanye yang ingin memastikan layanan kesehatan dapat dijangkau oleh seluruh warga Surabaya.
“Pembangunan rumah sakit baru di Surabaya Selatan sangat penting. Ini bukan hanya soal pemerataan fasilitas, tetapi juga bagian dari janji Walikota Eri Cahyadi untuk meningkatkan layanan kesehatan bagi masyarakat Surabaya. Kami ingin memastikan setiap warga, terutama yang tinggal di wilayah selatan, tidak perlu pergi jauh untuk mendapatkan perawatan medis,” kata Ajeng, Selasa 15 April 2025.
Rumah Sakit Umum Daerah Eka Chandrarini (RSUD EC), yang telah beroperasi sejak 2024 di Surabaya Timur diharapkan bertahap memberikan dampak positif bagi masyarakat di daerah tersebut.
Namun, dengan populasi yang terus berkembang dan kebutuhan layanan kesehatan yang semakin meningkat di wilayah selatan, Ajeng menegaskan perlunya rumah sakit baru yang dapat melayani lebih banyak warga dengan lebih efektif.
APBD 2025 telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp305 miliar untuk RS Surabaya Selatan, dengan Feasibility Study (FS) yang telah diselesaikan untuk memastikan kelayakan proyek tersebut.
Selain RS Surabaya selatan Ajeng juga menyoroti pentingnya renovasi Rumah Sakit Surabaya Utara yang akan mendapatkan anggaran sebesar Rp220 miliar pada tahun 2026.
Namun, ia menegaskan bahwa fokus utama adalah pada pembangunan rumah sakit baru di Surabaya Selatan, tepatnya di kawasan Karangpilang.
Anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya ini, juga menyebutkan bahwa saat ini, Bed Occupation Rate (BOR) di Rumah Sakit Soewandhie tercatat mencapai 85,93 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa rumah sakit di Surabaya sudah mulai kelebihan kapasitas.
“Kami harus hati-hati dengan BOR yang terlalu besar, karena bisa mempengaruhi kualitas pelayanan. Kami ingin angka BOR di bawah 80 persen untuk memastikan rumah sakit bisa melayani masyarakat dengan baik,” ungkapnya.
Di sisi lain, Ajeng mengungkapkan bahwa BPJS UHC (Universal Health Coverage) telah menganggarkan Rp438 miliar untuk memastikan warga Surabaya dapat mengakses layanan kesehatan yang memadai.
RSUD Soewandhie dan RSUD Bhakti Dharma Husada (RSUD BDH), yang memiliki cakupan BPJS UHC sebesar 98 persen, masih menjadi penyedia layanan BPJS terbanyak di kota ini.
Untuk memastikan efektivitas layanan di RSUD EC pada tahun 2025, Ajeng menekankan pentingnya pemenuhan alat kesehatan (alkes) dan sumber daya manusia (SDM) yang memadai.
“Kami berharap RS EC di Surabaya Timur dapat beroperasi dengan optimal, sementara rumah sakit baru di Surabaya Selatan dapat segera terwujud untuk memberikan layanan yang lebih merata bagi seluruh warga Surabaya,” ujar Ajeng.
Pada hari Senin, 21 April 2025 pekan depan, sambung Ajeng, Komisi D bersama Dinas Kesehatan (Dinkes) membahas 23 puskesmas yang telah menyediakan layanan rawat inap dengan BOR 70-80 persen.
Dengan anggaran UHC mencapai Rp36 miliar per bulan, Ajeng berharap agar tidak ada warga Surabaya yang ditolak saat membutuhkan perawatan medis.
“Ke depan, kami ingin memastikan bahwa setiap warga Surabaya mendapatkan layanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas, dengan BOR rate di bawah 80 persen. Warga Surabaya tidak perlu pergi jauh untuk mendapatkan pengobatan, dan Surabaya siap menjadi tujuan Medical Tourism,” pungkasnya.